Senin, 22 Juni 2009

utsman bin affan (kelebihan & kekurangannya)

UTSMAN BIN AFFAN ( Prestasi & Kelemahan )

( Mekkah 576 = Madinah 656 )

Oleh : Sitti Hasanah S.Ag

I. Pendahuluan

A. Latar Belakang

Tahun islam yang dimulai dengan hijrah Nabi Muhammad saw dari Makkah ke Madinah pada tahun 622 M. di mekkah terdapat kekuasaan kaum kafir Quraisy yang kuat dan pada waktu itu belum dapat di patahkan Islam. Di madinah sebaliknya tidak dapat kekuasaan yang demikian, bahkan disana Nabi Muhamad lah yang memegang tampuk kekuasaan. Ketika di Makkah Nabi Muhammad saw menyampaikan 3 ajaran antara lain :

v Tauhid

v Humanisme

v Adanya keyakinan kehidupan akhirat [1]

Sedangkan di Madinah Nabi menyampaikan ajaran tentang prinsip-prinsip hidup bermasyarakat seperti pembentukan umat, persatuan dan persaudaraan, persamaan, kebebasan berhubungan antar pemeluk agama, pertahanan, hidup bertetangga, tolong menolong, perdamaian, musyawarah, keadilan, pelaksanaan hukum, kepemimpinan, ketaqwaan dan amal ma’ruf nahi mungkar.

Dalam waktu singkat, ajaran islam tesebut telah membawa perubahan yang berarti : Bagi Penduduk Makkah dari tradisi suka berperang menjadi damai, dari kekuatan membabi buta menjadi penuh aturan, dari curang menjadi amanah, dari kesukuan menjadi umat, dari menghina wanita menjadi sebaliknya, dari kenistaan menjadi kepribadian yang suci, dari pinggiran jazirah arab menjadi penguasa Persia dan romawi, serta tertanamnya akhlak Islam pada setiap individu. Begitu pula di Madinah : Berubah pula menjadi negeri yang mempunyai posisi yang baik dan segera menjadi suatu komunitas ummat yang kuat dan dapat berdiri seniri.[2]

Setelah Rasulullah wafat pada tahun 11 H (632 M) tugas-tugas agama dan kenegaraan diteruskan oleh penggantinya (khulafa). Empat diantara sahabat nya yang terdekat, baik melalui hubungan darah ataupun melalui pernikahan, untuk menggantikannya sebagai pemimpin ummat Islam. Keempat khalifah ini dalam sejarah Islam dikenal dengan sebutan al-Khulafa al-Rasyidin yang berarti khalifah-khalifah yang di percaya atau yang mendapat etunjuk ke jalan yang lurus. Perselsihan yang pertama kali timbul dikalangan kaum muslimin adalah mengenai masalah kekhalifahan dan hal itu terjadi di tempat kediaman Rasulullah saw sebelum jenazah beliau sempat dimakamkan. Perselisihan kedua terjadi di Saqifah (semacam balai pertemuan) bani Sa’diyah yaitu saat kaum Anshar menuntut hak atas kekhalifahan. Perselisihan ini berakhir dengan terbaiatnya Abu Bakar sebagai Khalifah.

B. Rumusan Masalah

Berawal dari uraian di atas penulis bermaksud membahas sejarah al-Khulafa al-Rasyidin yang akan dikhususkan pada Khalifah Utsman bin Affan (prestasi dan kelemahannya. Yang tentunya penulis secara sistematis ke khalifahan.

II. PEMBAHASAN

PRESTASI UTSMAN BIN AFFAN

Utsman bin Affan adalah khalifah ketiga (memerintah 644-656) dan sahabat yang sangat berjasa pada periode awal perkembangan Islam, baik secara sembunyi-sembunyi maupun terbuka. Ia dijuluki Zu an-Nurain (memiliki dua cahaya ) karena menikah dengan dua putrid Nabi Muhammad saw yakni Rukayyah dan Ummu Kaltsum.[3]

Pada tahun pertama dari khilafah Utsman, yaitu tahun 24 H, negeri Rayyi berhasil ditaklukkan. Sebelumnya negeri ini pernah ditaklukkan, namun kemudian dibatalkan. Utsman mengangkat Sa’ad bin Abi Waqqash menjadi gubernur Kufah menggantikan Mughirah bin Syu’bah.

Di tahun 25 H, Utsman memecat Sa’ad bin Abi Waqqash dari jabatan gubernur Kufah dan digantikan oleh Walid bin Uqbah bin Abu Mu`ith, seorang shahabat dan saudara seibu dengan Utsman.

Pada tahun 26 H, Utsman memperluas Masjidil Haram. Pada tahun 27 H, Mu`awiyah melancarkan serangan Qubrus (Syprus) dengan membawa pasukannya menyebrangi lautan. Utsman menurunkan Amr bin ‘Ash dari jabatan gubernur Mesir dan diganti dengan Abdullah bin Sa’ad bin Abi Sarh. Kemudian dia menyerbu Afrika dan berhasil menaklukkannya dengan mudah. Di tahun ini pula Andalusia berhasil ditaklukkan

Pada tahun 29 H, negeri-negeri lain berhasil ditaklukkan. Utsman memperluas Masjid Nabawi.

Pada tahun 30 H, negeri-negeri Khurasan ditaklukkan sehingga banyak terkumpul khazraj (infaq penghasilan) dan harta dari berbagai penjuru.

Pada 32 H, Abbas bin Abdul Muthalib, Abdur Rahman bin Auf, Abdullah bin Mas’ud dan Abu Darda’ wafat. Orang-orang yang pernah menjabat sebagai hakim negeri Syam sampai saat itu ialah Muawiyah, Abu Dzarr Al-Ghifari, dan Zaid bin Abdullah ra.

Di masa khalifah Utsman bin Affan ra, pemerintahan Islam telah sampai hingga ke Armenia dan Azerbaijan di sebelah timur dan Tripoli di sebelah barat. Maka dengan itu, kaum Muslimin telah tersebar ke seluruh wilayah Islam seperti ke Mesir, Syria, Irak, Persia dan Afrika. Kemana mereka pergi dan di mana mereka tinggal, Al-Quran tetap menjadi imam mereka, dan di antara mereka itu banyak yang hafal Al-Quran. Dan di antara mereka juga mempunyai naskah-naskah Al-Quran. Namun naskah-naskah yang mereka punyai itu tidak sama dari segi susunan surah-surahnya.[4]

Di samping itu, di antara mereka itu terdapat perbedaan tentang bacaan (qiro’ah) Al Quran itu. Pada asalnya perbedaan bacaan ini ialah karena Rasulullah sendiri pun memberi kelonggaran kepada kabilah-kabilah Arab Islam yang berada di masanya untuk membaca dan melafazkan Al-Quran itu menurut lahjah (dialek) mereka masing-masing. Kelonggaran ini diberikan oleh Nabi Muhammad supaya mudah bagi mereka untuk menghafal Al-Quran itu.

Tetapi nampaklah tanda-tanda bahwa bila perbedaan tentang bacaan Al-Quran ini dibiarkan, akan mendatangkan perselisihan dan perpecahan yang tidak diinginkan dalam kalangan kaum Muslimin. Orang yang mula-mula memperhatikan hal ini ialah seorang sahabat yang bernama Huzaifah bin Yaman. Ketika beliau turut serta dalam pertempuran menaklukkan Armenia dan Azerbaijan. Dalam perjalanan, beliau pernah mendengar pertikaian kaum Muslimin tentang bacaan beberapa ayat Al-Quran, dan juga pernah mendengar perkataan seorang Muslim kepada temannya, yaitu “Bacaanku lebih baik dari bacaanmu”. Keadaan ini membuat Huzaifah gundah. Maka ketika beliau telah kembali ke Madinah, beliau menemui khalifah Utsman bin Affan ra dan beliau menceritakan apa yang dilihatnya mengenai pertikaian kaum Muslimin tentang bacaan Al-Quran itu.

Huzaifah berkata kepada Sayidina Utsman: “Susulilah umat Islam itu sebelum mereka berselisih tentang Al Kitab, sepertimana perselisihan Yahudi dan Nasara”.

Maka khalifah Usman r.a meminta kepada Hafshah binti Umar akan lembaran-lembaran Al-Quran yang telah dikumpulkan, yang ditulis di masa khalifah Abu Bakar ra, yang disimpan oleh Hafshah. Maka lembaran-lembaran tersebut diserahkan kepada khalifah Utsman ra oleh Hafshoh. Kemudian Khalifah Utsman membentuk satu panitia yang terdiri daripada Zaid bin Tsabit sebagai ketua, Abdullah bin Zubair, Sa’id bin ‘Ash dan Abdur Rahman bin Harits bin Hisyam. Panitia ini diberikan tugas untuk membukukan Al-Quran, yaitu menyalin dari lembaran-lembaran tersebut, seterusnya menjadi buku (dijilid). Dalam menjalankan tugas ini, khalifah Usman menasihatkan supaya:

1. Mengambil pedoman kepada bacaan mereka yang hafal Al-Quran.
2. Kalau ada pertikaian antara mereka tentang bahasa (bacaan, qiro’at), maka haruslah ditulis menurut dialek suku Quraisy, sebab Al-Quran itu diturunkan menurut dialek mereka.

Setelah tugas yang diamanahkan kepada panitia itu selesai, maka mushaf Al-Quran yang dipinjamkan daripada Hafshah itu dipulangkan semula kepada beliau. Al-Quran yang dibukukan itu dinamakan “Al-Mush-haf” dan seterusnya oleh panitia itu dituliskan lagi 5 buah Al Mush-haf. Empat buah di antaranya dikirimkan ke Mekah, Syria, Basrah dan Kuffah, agar di tempat-tempat tersebut disalin pula dari masing-masing mushaf itu. Sedangkan satu buah lagi ditinggalkan di Madinah, untuk Utsman sendiri, dan itulah yang dinamai dengan “Mush-haf Al-Imam”.

Setelah itu, khalifah Utsman memerintahkan semua lembaran-lembaran Al-Quran yang lain, yang ditulis (selain daripada Al Mush-haf) dikumpulkan dan dibakar. Maka dengan itu, dari mush-haf yang ditulis di zaman khalifah Utsman itulah, kaum Muslimin diseluruh pelosok menyalin Al-Quran itu.

Hingga sekarang masih ada kelainan bacaan karena bacaan-bacaan yang dirawikan dengan mutawatir dari Nabi Muhammad SAAW terus dipakai oleh kaum Muslimin. Namun bacaan-bacaan tersebut tidaklah berlawanan dengan apa yang ditulis dalam mushhaf-mushhaf yang ditulis dimasa khalifah Utsman. Dengan demikian, pembukuan Al-Quran di masa khalifah Utsman itu memberikan beberapa kebaikkan seperti :

1. Menyatukan kaum Muslimin pada satu bentuk mush-haf yang seragam ejaan tulisannya.

2. Menyatukan bacaan, walaupun masih ada kelainan bacaan, tetapi bacaan itu tidak berlawanan dengan ejaan mushhaf-mushhaf Utsman. Sedangkan bacaan-bacaan yang tidak bersesuaian dengan mushhaf-mushhaf Utsman tidak dibenarkan lagi. Karena Mush-haf Utsmani disusun berdasarkan riwayat-riwayat yang mutawatir. Artinya, ayat-ayat Al-Qur`an dan qiroat yang terkandung dalam Mush-haf Utsmani memang ayat-ayat Al-Qur`an seperti yang dihafal oleh mayoritas shahabat yang menerimanya langsung dari Rasulullah.

3. Menyatukan tertib susunan surah-surah, sesuai yang diajarkan oleh Rasulullah. Susunan surat seperti sekarang ini adalah susunan surat yang digunakan oleh Rasulullah ketika beliau mengulangi bacaan Al-Qur`an di hadapan Jibril setiap bulan Ramadhan.[5]

Akhirnya sampailah kepada kita sekarang dengan tidak ada sebarang perubahan sedikit pun dari apa yang telah diturunkan kepada Nabi Muhammad s.a w. Dalam pada itu, pada setiap masa dan zaman, Al Quran ini dihafal oleh jutaan umat Islam dan ini adalah salah satu inayah Tuhan untuk menjaga Al-Quran. Dengan itu, terbuktilah firman Allah.

“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al Quran dan sesungguhnya Kami tetap memeliharanya.” (Surah Al Hijr: 9)

KELEMAHAN UTSMAN BIN AFFAN

Pada tahun 33 H, Abdullah bin Mas’ud bin Abi Sarh menyerbu Habasyah. Seperti diketahui Utsman banyak mengangkat kerabatnya dari bani Umayyah untuk menduduki berbagai jabatan. Hal ini menimbulkan ketidak-senangan orang banyak terhadap Utsman. Hal inilah yang dimanfaatkan pihak Yahudi, yaitu Abdullah bin Saba` dan teman-temannya untuk membangkitkan fitnah. Orang-orang menggugat Utsman atas kebijakan-kebijakannya mengangkat para kerabatnya. Utsman mengumpulkan para gubernur dan bermusyawarah. Akhirnya Utsman memerintahkan agar menjinakkan hati para pemberontak dan pembangkang tersebut dengan memberi harta dan mengirim mereka ke medan peperangan lain dan pos-pos perbatasan.

Abdullah bin Saba` berhasil menyebarkan pemikiran menyimpang di Mesir, menghasut masyarakat untuk menentang Utsman, dan juga pengkultusan terhadap Ali. Maka bergeraklah sekitar 600 orang ke Madinah dengan kedok akan berumrah. Padahal mereka ingin menyebarkan fitnah dalam masyarakat Madinah. Tatkala mereka hampir memasuki Madinah, Utsman mengutus Ali untuk menemui mereka. Sayyidina Ali menemui mereka dan membantah segala pemikiran mereka yang menyimpang, termasuk tentang pengkultusan atas dirinya. Mereka menyesali diri seraya berkata, “Orang inikah yang kalian jadikan alasan untuk memerangi dan memprotes Khalifah?” Kemudian mereka kembali dengan membawa kegagalan.

Atas usulan Ali, maka Utsman berpidato di hadapan orang banyak pada hari Jum’at untuk meminta maaf kepada masyarakat atas kebijakannya selama ini. Kemudian Utsman menegaskan kembali bahwa ia akan memecat Marwan dan kerabatnya.

Setelah peristiwa itu, Marwan bin Hakam menemui Utsman. Dia menghamburkan kecaman dan protes. Kemudian Marwan memberitahukan kepadanya bahwa di balik pintu ada segerombolan orang. Utsman menunjuk Marwan untuk berbicara kepada mereka sesukanya. Marwan berbicara kepada mereka dengan suatu pembicaraan yang buruk sehingga merusak apa yang selama ini diperbaiki oleh Utsman.

Ali segera menemui Utsman dan berkata, “Kenapa engkau meridhai Marwan sementara dia tidak menghendaki kecuali memalingkan engkau dari agama dan pikiranmu? Demi Allah, Marwan adalah orang yang tidak layak dimintai pendapat tentang agama atau dirinya sekalipun. Demi Allah, aku melihat bahwa dia akan menghadirkan kamu kemudian tidak akan mengembalikan kamu lagi. Saya tidak akan kembali setelah ini karena teguranku kepadamu.” Setelah Ali keluar, masuklah Na`ilah dan memberikan pendapatnya, dia berkata, “Bertaqwalah kepada Allah, tiada sekutu bagi-Nya. Ikutilah sunnah kedua shahabatmu yang terdahulu, sebab jika engkau mentaati Marwan, niscaya dia akan membunuhmu. Marwan adalah orang yang tidak memiliki harga di sisi Allah, apalagi rasa takut dan cinta. Utuslah seseorang menemui Ali guna meminta ishlahnya, karena dia memiliki kekerabatan denganmu dan dia tidak layak ditentang.” Kemudian Utsman mengirim seseorang untuk menemui Ali, akan tetapi Ali menolak datang. Sikap ini merupakan permulaan krisis yang menyulut api fitnah dan memberikan peluang kepada tukang fitnah untuk memperbanyak kayu bakarnya dan mencapai tujuan-tujuan busuk yang mereka inginkan.[6]

III. PENUTUP

Kesimpulan

1. Utsman telah berhasil juga menaklukkan beberapa negeri, beliau juga berhasil menyatukan orang dalam bacaan dan tulisan Al-Qur`an yang terpercaya setelah berkembangnya bacaan yang dikhawatirkan dapat membingungkan orang. Beliau juga telah memperluas Masjidil Haram dan Masjid Nabawi.

2. Betapapun kritik yang dilontarkan kepada Utsman atas kebijakannya dalam memilih para gubernur dan pembantunya, kita harus menyadari bahwa kebijakan itu merupakan ijtihad pribadinya. Jadi bukan berdasarkan nafsunya, melainkan berdasarkan ijtihad. Dan para shahabat yang mengkritiknya pun dalam rangka menasihati dengan berdasar pada ijtihad pula, yang mana hal ini adalah positif dan bermanfaat.

3. Benih-benih fitnah pada akhir-akhir pemerintahan Utsman telah dimanfaatkan Abdullah bin Saba`. Abdullah bin Saba` adalah seorang agen Yahudi yang menyebarkan khurafat mengenai Ali ra. Dari sini kita mengetahui bahwa perpecahan ummat Islam menjadi dua kubu, yaitu Sunni dan Syi’ah adalah merupakan buah tangan Abdullah bin Saba`.

4. Ali termasuk orang yang pertama kali membai’at Utsman. Ali juga yang telah menggagalkan rencana pemberontak dari Mesir. Ali juga yang telah memberi nasihat kepada Utsman dengan penuh keikhlashan dan kecintaan. Ali juga yang telah mengirim air ke rumah Utsman. Ali juga yang telah menyuruh Hasan dan Husain untuk menjaga rumah Utsman dari para pemberontak. Ali juga yang telah begitu marah atas pembunuhan Utsman. Dengan demikian Ali adalah pendukung Utsman yang terbaik selama khilafahnya.

DAFTAR PUSTAKA

Ali Mustafa al-Ghurabi tarikh al-Firaq al-Islamiyah, (Mesir.TP,1993)

A.Syalabi Maushu’ah al-Najhim wa al-Hadarah al-Islamiyah Tarikh al-Manahij al-Islamiyah (Cairo: Maktabah al-Nahdha al-Mishriyah,jilid VI, 1986)

Ensiklopedi Islam (edisi baru : 2005 ) Perpustakaan Nasional

Muhammad Husain Haekal, Usman bin Affan (antara Kehkalifahan dengan kerajaan) Lentera Nusa .cet. ke-5 2007



[1] Ali Mustafa al-Ghurabi tarikh al-Firaq al-Islamiyah, (Mesir.TP,1993) h.8

[2] A.Syalabi Maushu’ah al-Najhim wa al-Hadarah al-Islamiyah Tarikh al-Manahij al-Islamiyah (Cairo: Maktabah al-Nahdha al-Mishriyah,jilid VI, 1986) h. 65

[3] Ensiklopedi Islam (edisi baru : 2005 ) Perpustakaan Nasional RI.h.198

[4] Muhammad Husain Haekal, Usman bin Affan (antara Kehkalifahan dengan kerajaan) Lentera Nusa .cet. ke-5 2007 h.53-101

[5] Ibid. h.121-128

[6] Ibid. h.127-139

3 komentar:

  1. youtube4kss-myanmar.com [Updated] youtube4kss-myanmar.com
    youtube4kss-myanmar.com [Updated] youtube4kss-myanmar.com [Updated] youtube4kss-myanmar.com [Updated] youtube4kss-myanmar.com [Updated] youtube4kss-myanmar.com [Updated] youtube4kss-myanmar.com [Updated] youtube to mp3 converter reviews youtube4kss-myanmar.com [Updated] youtube4kss-myanmar.com [Updated] youtube4kss-myanmar.com [Updated]

    BalasHapus
  2. BetMGM Promo Code - Jammy Hub
    BetMGM has a full range of slots, blackjack, roulette, craps, and blackjack that offer new and existing 공주 출장안마 customers 동두천 출장샵 a 속초 출장샵 100% 문경 출장마사지 welcome bonus up to $1000. Rating: 4.5 천안 출장안마 · ‎Review by JT Hub

    BalasHapus